Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Makam Ulama besar di kota Kairo

Siapa yang tidak tahu kota Kairo? Yang mana kota ini mempunyai julukan kota seribu menara dan terdapat salah satu keajaiban dunia yaitu piramida Giza. Kota tempat para pelajar untuk menuntut ilmu di salah satu Universitas tertua yang bernama Al-Azhar. Banyak juga mahasiswa indonesia yang melanjutkan jenjang Perkuliahan ke Universitas Al-Azhar.

Di kota Kairo juga terdapat Ulama-ulama besar yang terkenal sejak dahulu, makanya sudah tidak diragukan lagi bahwa keilmuan di sana sangat luas karena sanad-sanad keilmuannya langsung kepada ulama besar terdahulu.

Dan pada tulisan kali ini Rasyiid akan menuliskan 5 Ulama besar yang makamnya terletak di kota Kairo.

1. Imam Laits (Seorang Zahid dalam Limpahan Harta dan Ilmu)

Nama lengkap beliau adalah al-Imam Abul Harits al-Laits bin Saad bin Abdurrahman al-Fahm. Beliau adalah sosok yang terhormat, dermawan kaya raya dan cerdas. Imam Syafi'i ketika berziarah ke makam beliau berkata "Tidak ada yang lebih menyedihkanku dari kehi angan Ibnu Abi Dza'ib dan Laits bin Sa'ad." Hal ini karena Imam Syafii dak sempat berguru pada beliau. Diriwayatkan bahwa Imam Laits lebih dalam ilmu fikihnya dibanding murid beliau Imam Malik. Sayan gnya tidak ada yang mengkodifikasi madzhab Sang Imam sehingga madzhab Laitsiyah hanya bertahan sekitar 30 tahunan yang pada himya hilang.

Imam Laits wafat pada tahun 175 H. empat tahun sebelum wafatnya Imam Malik. Beliau dimakamkan di pemakaman Shadaf. Garrafah Shughra bersama anaknya al-Faqih al-Imam al-Muhaddits Syu'aib bin Laits bin sa'ad. Menurut pendapat, tempat tersebut adalah tempat yang suci, terkenal sebagai tempat yang mustajab.

2. Imam Syafi'i (Pemandu Riwayat dan Nalar)

Beliau bernama Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi'i bin al-Sa'ib bin Ubaid bin Abd Yazid bin Hasyim bin al-Mutholib bin Abdi Manaf. Beliau keturunan Arab, Quraisy, Hayim, Mutholib. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada kakeknya, Abdi Manaf.

Imam Syafi'i lahir di Giza, Palestina tahun 150 H. tahun ketika Imam Abu Hanifah meninggal. Imam Syafi'i tumbuh sebagai pemuda yang miskin harta dan berkehidupan sulit. Sehingga ketika menuntut ilmu, ia dengan telaten menulis di atas potongan tembikar, pelepah kurma dan tulang belulang hewan karena tidak mampu membeli kertas. Namun, semua itu tak memadamkan kobaran semangat belajarnya. Terbukti dengan prestasinya yang menjulang sejak kecil hingga beliau bisa befatwa dan menjadi ahli fikih seperti yang kita ketahui.

Fikih Imam Syafi'i sangatlah kaya. Di dalamnya terdapat paduan cemerlang, pendapat yang bijak dan pengalaman yang teruji. Imam Syaffi telah mengelilingi berbagai negeri, berdiskusi dengan para ulama dan mendengarkan pendapat mereka. Imam Syafii mulanya menyiapkan diri sebagai ahli fikih Madinah penerus Madzhab Mall kiyah. Namun, belakangan nampak keistimewaan dalam dirinya sehingga beliau berani berpendapat sendiri, baik sesuai dengan Imam Malik atau tidak.

Tibanya Imam Syafi'i di Mesir menjadi salah satu tujuan dakwah menyebarkan madzhabnya yang baru (qoul jadid), yang semula penyebarannya dilakukan di Irak (qoul qodim). Pada saat di mesir(Kairo) ini imam Syafi'i banyak menulis buku dan memberi kajian-kajian yang beragam, sehingga majlisnya dihadiri banyak orang. Sampai pada akhirnya beliau menghabiskan sisa hayatnya selama 4 tahun lebih di kota kairo. Dan ketika umurnya telah 54 tahun, beliau wafat dan di kebumikan di pemakaman Qarrafah al-Shugra.

Di kedua pintu makam beliau tertulis: Imam Syafi'i adalah imam manusia dan semua, dalam ilmu, kelembutan, keagungan dan keper kasaan. Keilmuannya diterima di dunia sebagaimana kekhalifahan keturunan Abbas. Murid-muridnya adalah sebaik-baiknya murid, madzhabnya adalah sebaik-baiknya madzhab menurut Allah dan manusia.

Diatas makamnya terdapat perahu kecil yang diabadikan oleh Imam al-Bushiri -pemilik Burdah- : Pada kubah Imam Syafi'i ada perahu kokoh, kuat laksana batu badai pengetahuan melimpah di persemayamannya. Dan dari situlah kapalpun berlabuh di atas bukit Judi.

Baca Juga : 3 Tingkatan Penuntut Ilmu

3. 'Uqbah bin 'Amir (Sahabat Nabi dan Pemimpin yang Asih)

Beliau bernama 'Uqbah bin Amir bin Isa bin Amr bin Rifa'ah al-Juhany Abu Hammad as-Shohaby. Beliau termasuk salah seorang sahabat Rasulullah SAW. Uqbah selalu bersama Nabi yang melayani dan mengurus hewan bagal Nabi. Beliau menuntun bagal Nabi ketika sedang bepergian. Suatu ketika Nabi turun dari bagalnya, lalu menyuruh 'Uqbah untuk naik dan Nabi yang berjalan. 'Uqbah adalah ahli Qur'an (al-Qori), ahli ilmu Faraid dan Fikih. Banyak orang yang meri wayatkan ratusan hadits dari beliau. Lisannya fasih, penyair dan bisa menulis. Beliau adalah orang terakhir yang mengumpulkan al-Qur'an. Mushaf yang dimilikinya tidak sama dengan mushaf kumpulan Utsman bin Affan. Di akhirnya tertulis "Ditulis oleh 'Uqbah bin Amir dengan tangannya".

'Uqbah ikut hadir dalam pembukaan kota Mesir dan beliau diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan tahun 44 H. Beliau ditunjuk sebagai kepala Perpajakan dan Imam Sholat. Tanah seluas 1000x1000 dziro' diberikan Muawiyyah kepada 'Uqbah untuk di bangun perumahan. Tanah ini sekaarng terletak di kota Dokki, Giza dengan nama Munyah 'Uqbah (pelabuhan 'Uqbah) atau Meit 'Uqbah. 'Uqbah menetap di Mesir hingga ajalnya tiba pada tahun 58 H dan dimakamkan di dekat makam Imam Laits.

4. Syeikh Zakariya al-Anshori (Sufi nan Faqih)

Beliau bernama lengkap Syeikh Zakariya al-Anshori al-Khazraji. Al-Khazraji dinisbatkan pada daerah asal kelahiranya dan beliau dilahirkan pada tahun 823 H. Secara konsisten beliau belajar dan mengaji di al-Azhar. Beliau mendengarkan pengajian para ulama, ahli fikih serta ahli tasawuf secara khusus, hingga akhirnya belia menjadi seorang tokoh alira fikih dan tasawuf.

Bagi Sufi agung ini, waktu mempunyai arti yang sangat besar, Syeikh Sya'roni sebagai muridnya berkata "Saya telah melayani beliau selama 20 tahun. Sungguh beliau tidak pernah melakukan suatu pekerjaan yang tidak ada artinya, baik siang ataupun malam".

karamah beliau yang beredar di masyarakat diantaranya:

Raja al-Ghouri suatu ketika marah karena suatu peristiwa. Ketika dia tahu bahwa Syeikh Zakariya hendak datang kepadanya beserta penduduk, dia memerintahkan supaya depan rumahnya dipasang rantai. Ketika Syeikh Zakariya melihat rantai tersebut beliau potong dengan kertas yang dipegang tangannya.

Dalam kitab karangan beliau Syarah Bahjah, beliau bercerita,

"Aku adalah orang yang do'anya selalu di kabulkan, setiap aku mendo'akan seseorang, maka do'a permohonan itu pasti diterima dan masih banyak lagi karomah lainnya. Beliau wafat pada tahun 926 H, makamnya terletak di Masjid Imam Syafi'i.

Baca Juga : Sayyidina Husein, Sang Pemuda Ahli Surga

5. Ibn Hajar al-Asqolani (Maha Guru Penguasa)

Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Ahmad al-Shihab Abu al-Fadl al-Kanani al-'Asqolani al-Qahiri as-Syafi'i adalah nama lengkapnya. Beliau dilahirkan di Kairo, 23 Sya'ban tahun 773 H. Asqalan nisbat dari suatu daerah di Palestina yang menjadi tempat kelahhiran nenek moyangnya.

Ibn Hajar adalah seorang ahli hadits dan ia sangat menyukai hadits, seluruh waktunya ia habiskan untuk mempelajarinya. la memiliki hubungan baik dengan pemerintahan sehingga banyak peng etahuan dalam urusan politik dan kemasyarakatan. Selain mengajar dan menjadi Qodi, ia juga mempunyai wewenang dalam berfatwa. la pun termasuk ulama yang produktif menulis, karangannya yang beragam telah mencapai 150 buah, mulai dari sejarah, filsafat sampai adab.

Post a Comment for "5 Makam Ulama besar di kota Kairo"